Skripsi (1): Idealisme vs. Realitas

KULIAH adalah jawaban ‘nyaman’ untuk diucapkan ketika ditanya seseorang mengenai pekerjaan. Pertanyaan berikutnya juga masih membuat merasa nyaman: ‘di mana’ dan ‘jurusan apa’. Namun pertanyaan berikutnya akan memiliki citarasa yang berubah setiap tahunnya: “Semester berapa?”

1 – 3: “Baru semester 1…” (senyum bangga, mahasiswa baru universitas terkenal)
4 – 6: “Masih semester 4…” (senyum biasa, tertekan oleh tugas kuliah & organisasi)
7 – 9: “Udah semester 7…  Lagi cari bahan skripsi” (stress, susah cari tema dan bahan)
> 9: “Udah Semester akhir… Lagi ngerjain skripsi” (malu, nggak ngaku semester berapa)

Jawaban di atas tentu sangat bervariasi antara mahasiswa yang satu dengan yang lain. Tetapi kalau ada yang merasa bernasib sama, saya bisa memakluminya. Haha.

Pada saat semester 6, saya seharusnya mengambil KP (kerja praktik) di BMKG Yogyakarta yang berada di Jalan Wates. Sebenarnya waktu itu sudah menengok ke sana dan mendapatkan izin. Namun karena tidak ada kejelasan mengenai waktu dan pembimbing, ditambah lagi dengan kesibukan saya mengetuai kegiatan Geophysics Expedition 2010 di Bledug Kuwu Grobogan, akhirnya rencana KP kandas.

Semester 7 dan 8 adalah masa yang ‘tidak jelas’, yaitu mengulang mata kuliah yang nilainya jeblok pada semester sebelumnya. Pada saat itu pula, biasanya mahasiswa mengambil (mata kuliah) skripsi. Alhasil, waktu dan pikiran akan terbagi antara mengulang kuliah dan skripsi. Kemungkinannya ada 3: sukses kedua-duanya, sukses salah satunya, atau gagal kedua-duanya. Sayangnya saya mengalami yang ketiga: gagal kedua-duanya.

Semester 8 saya mengambil skripsi dan mengulang beberapa mata kuliah. Tapi selanjutnya bukannya skripsi, saya malah baru melaksanakan KP di Elnusa. Waktu itu bulan April 2011 bersama seorang teman sekelas. Kami yang seharusnya berada di sana selama sebulan penuh, terpaksa mundur 1 pekan karena ada UTS. Itu pun masih izin 1 mata kuliah dan baru ujian sendiri sepulang dari KP. Ada cerita menarik mengenai KP ini, tetapi mungkin lain kali saja.

Sepulang dari KP dan menyelesaikan laporan, saya berencana mengerjakan skripsi. Entah ada angin dari mana, tiba-tiba ada undangan dari Balai Desa. Saya diminta jadi perwakilan pemuda dusun untuk mengikuti pemilihan ketua Karang Taruna tingkat kelurahan. Meski ibu melarang, namun nurani saya waktu itu mengiyakan karena tidak ada calon lain. Saya berharap hanya akan jadi pengurus harian saja, karena yakin banyak yang lebih berkompeten dan berpengalaman. Namun nasib berkata lain.

Dari 12 dusun yang ada, hanya ada 6 orang calon yang maju. Itu pun hanya berasal dari 4 pedukuhan. Hasilnya? Saya terpilih jadi ketua. Alasannya? Karena saya kuliah di UGM dan sebelumnya juga pernah jadi koordinator beberapa departemen organisasi SMA dan kampus. Ah, panjang deh kalau diceritain habis itu kegiatannya apa aja. Yang jelas, setelah itu saya semakin jauh dari skripsi T.T

Alhasil, pikiran saya pecah. Saya disibukkan dengan kegiatan karang taruna. Namun di sisi lain, kewajiban saya sebagai mahasiswa terus berjalan. Saya pun mencari-cari skripsi yang bisa ‘disambi’, alias tanpa harus meninggalkan kampung halaman selama 1-2 bulan. Jalan-jalanlah saya ke perpustakaan, melihat koleksi skripsi hasil karya kakak-kakak angkatan terdahulu. Setelah melihat sekian banyak judul, rupanya kebanyakan di antaranya adalah ‘Pencarian/identifikasi mineral X menggunakan metode Y di daerah Z’ (X, Y, Z = variabel yang berbeda-beda).

Di samping itu saya menemukan beberapa skripsi lain yang tidak umum, seperti pembuatan software untuk mengolah data geofisika. Selain tidak biasa, hasil skripsi nanti juga tidak hanya menumpuk di perpustakaan dan bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa yang lain. Nah, saya kemudian tertarik dengan tema ini. Saya pun memantapkan diri untuk membuat software.

Faktanya, saya tidak menguasai satupun bahasa pemrograman! Saya hanya punya sedikit pengalaman menggunakan bahasa Pascal (waktu kelas 1 SMA) dan C# (waktu mengikuti lomba pembuatan plug-in Petrel tahun 2011). Saya kemudian memilih bahasa C# yang lebih modern. Namun rupanya tidak ada teman yang bisa C#. Ada sih, tapi sudah lulus. Akhirnya saya nekat untuk belajar secara otodidak.

Baca kelanjutannya:

Skripsi (2): Mengejar Deadline

Skripsi (3): Pendadakan dan Pendadaran

Tinggalkan komentar